Multiplier
Bank
BANK.....???
Apa sih yang
dipikran orang ketika denger kata “bank” ? pasti kurang lebih semua orang jawab
kalo bank itu adalah tempat buat nyimpen uang. Yap...bener banget bank itu
merupakan lembaga yang berfungsi untuk menyimpan uang kita. Tapi bukan hanya
sekedar itu fungsi dari bank, ternyata bank menjadi faktor yang sangat penting
dalam perputaran uang di perekonomian (Waaaw keren). Dalam suatu negara bank
memiliki peranan dalam perputaran uang di masyarakat. Misalnya uang cash yang
ada pada masyarakat terlalu banyak, maka pemerintah melalui bank akan
menghimbau masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Bagaimana cara bank agar
masyarakat mau menyimpan uangnya di bank ??? jawabanya adalah dengan memberikan
nilai bunga yang lebih tinggi atau promo-promo hadiah lainnya. Hari gini siapa
sih yang gak mau untung ? yah...denger bunga naik dan dapet hadiah pasti jadi
pada mau deh nyimpen uangnya di bank.
Bunga...????
Pernah tau
gak sih kenapa bank bisa kasih kita bunga kalo nyimpen uang disana ? dulu waktu
masih kecil nurul berpikiran kalo bank itu baik banget. Kenapa nurul bisa
bilang gitu ?? ya gimana gak mau bilang baik kalo bank setiap bulan selalu
ngasih uang lebih di tabungan kita. Udah uannya disimpenin trus ditambahin lagi
heehee....menyenangkan bukan ????
Tapi dalam
hati yang seneng melihat buku tabungan yang selalu bertambah setiap bulannya
terbesit pertanyaan dalam hati. Gimana cara bank bisa kasih kita bunga yah ???
padahal bank juga punya karyawan yang cukup banyak..uangnya dari mana yahh ???
pertanyaan itu seketika membuat hati yang tadinya seneng berubah menjadi
penasaran (lebay). Dan sekarang aku sudah menemukan jawabannya....Yeay!
(loncat-loncat)
Jadi bank
itu memiliki 3 sumber uang yaitu Deposit, securities dan capital. Deposit
terdiri dari 3 jenis yaitu time deposit
(deposito), saving deposit yang biasa
disebut tabungan dan demand deposit
(giro). Sumber dana yang berasal dari deposit ini bisa dimiliki oleh siapa
saja, maka dana ini adalah dana masyarakat yang disimpan oleh bank (dana pihak
ketiga). Securities adalah dana yang berasal dari pasar modal. Jadi bank
menjual obligasi mereka ke pasar modal dan dana dari penjualan obligasi
tersebut merupakan salah satu sumber uang yang dimiliki oleh bank.tidak semua
orang bisa bertransaksi di pasar modal maka dana yang bersumber dari securities
ini disebut sebagai dana pihak kedua. Sumber uang yang terakhir adalah capital.
Capital terdiri dari modal disetor, stock (saham) dan laba ditahan. Dari sisi
capital adalah dari pemilik bank itu sendiri. Tidak semua orang bisa memiliki
bank, maka dana ini biasa disebut dengan dana pihak pertama.
Sebenarnya
uang yang benar-benar dimiliki oleh bank adalah uang yang bersumber dari modal
disetor, sedangkan yang lainnya adalah uang orang lain. Deposit merupakan
sumber uang terbesar karena merupakan uang yang berasal dari masyarakat. Karena
hal tersebut bank memiliki kewajiban untuk mengembalikan uang mereka. Tidak
hanya mengembalikan uang yang mereka simpan, bank juga hatus memberikan bunga
kepada para sumber dana mereka. Sekali lagi pertanyaanya, mengapa harus ada
bunga ??? ya klo gak ada bunga gak akan ada yang mau nabung di bank hehehe...
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank tadi disebut dengan biaya dana (cost of
fund) atau bisa kita sebut dengan i1.
Karena bank harus mengeluarkan biaya dana maka bank harus beroperasi dengan
menjual uang yang mereka miliki dengan kredit (loan) kepada masyarakat. Kredit
itu sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu kredit investasi,komersial dan
konsumtif. Dari hasil kredit tersebut bank mendapatkan keuntungan, keuntungan
ini kita asumsikan sebagai i2. Karena
bank memiliki biaya yang harus dikeluarkan untuk para sumber dana mereka, maka
besarnya i2 harus lebih
besar dari i1. Selisih
yang dihasilkan dari i2
dengan i1 adalah
profit untuk bank.
Pemerintah
membolehkan bank untuk meminjamkan uang masyarakat yang mereka miliki kepada
masyarakat lainnya maksimal sebesar 110%. Artinya jika bank memilki deposit
sebesar 100jt maka bank boleh mininjamkan sebesar 110 jt. Pertanyaanya adalah
darimana uang 10jt tersebut ??? uang tersebut berasal dari capital. Hal ini
dinamakan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio). Arti LDR adalah pertama: bank
boleh menjadi lembaga multiplier dari dana yang mereka miliki sebesar 10%.
Multiplier adalah pengganda, pengganda disini adalah yang tadinya hanya 100jt
menjadi 110jt. Kedua : dari setiap uang yang mereka salurkan kepada masyarakat
harus melibatkan modalnya sebesar 10%.
Setiap bank
harus memiliki uang kas dan memiliki simpanan uang di Bank Indonesia sebesar 8%
dari deposit yang mereka miliki. Fungsi memiliki simpanan di BI adalah untuk
likuiditas dan kliring. Jika suatu bank tidak memiliki simpanan di BI sebesar
8% maka bank tersebut tidak likuid dan harus ditutup dan tidak boleh ikut
kliring.
Apa itu
kling ?????
mari kita
ketahui apa itu kliring melalui perumpamaan berikut :
si A
memberikan uang kepada B sebesar 10jt dengan menggunakan cek (waw cek). Kenapa
si A bisa memiliki cek ?? karena si A menyimpan uangnya di Bank Siti dengan demand deposit jadi si A berhak menggunakan
cek dan bilyet giro. Apa perbedaan keduanya ??? cek dapat dicairkan menjadi
uang cash dengan menunjukan cek tersebut kepada bank sedangkan bilyet giro
tidak dapat dicairkan melainkan hanya bisa ditransfer ke rekening si penerima
(atas nama). Balik lagi ke cerita kita hehe... setelah menerima cek si A, B
segera pergi ke Bank Naib untuk mengirimkan nominal cek tersebut ke rekeningnya
karena si B merupakan nasabah dari Bank Naib. Maka secara perhitungan Bank siti
menghutang kepada Bank naib sebesar 10jt karena si A merupakan nasabah dari
bank siti sedangkan si penerima cek yaitu B merupakan nasabah dari bank naib.
Antara bank siti dengan bank naib tidak bisa berkomunikasi secara langsung
namun harus ada perantara diantara mereka yaitu Bank Indonesia. BI bersedia
menjadi perantara mereka dengan syarat mereka harus memiliki simpanan pada BI
atau yang disebut dengan rekening koran BI. Misalkan Bank siti dan bank naib
memiliki simpanan pada BI masing-masing sebesar 20jt. Maka ketika bank naib
ingin menagih uang atas cek yang diberikan oleh bank siti, BI sebagai perantara
akan menambahkan simpanan bank naib sebesar 10jt dan mengurangi simpanan bank
siti sebesar 10jt. Yap...proses diataslah yang dinamakan kliring.....
Pengiriman
uang antar beda bank juga melakukan proses kliring. Misalnya si B mengirimkan uang ke pada si A
sebesar 5jt. Maka bank naib sebagai bank yang menyimpan uang si B akan
mengirimkan uang kepada bank siti karena A merupakan nasabah dari bank siti.
Seperti pada proses pencairan cek, antar bank siti dan naib dihubungkan oleh BI
yang menjadi perantara. Maka pada catatan BI saldo bank naib berkurang sebesar
5jt dan saldo bank siti bertambah 5jt.
Ketika bank
naib menagih cek sebesar 10jt yang dikirimkan oleh bank siti, maka bank naib
dikatakan menerima nota debet keluar yang menyebabkan saldo pada bank naib pada
BI bertambah, sedangkan untuk bank siti yang akan mengirimkan uang sebesar 10jt
kepada bank naib akan menerima nota debet masuk maka saldo di BI berkurang.
Bank naib juga mengalami nota kredit keluar karena harus mengirim uang kepada
bank siti sebesar 5jt maka saldo di BI akan berkurang. Sedangkan siti yang
mengalami nota kredit masuk saldo pada BI akan bertambah.
Dalam proses
kliring pada akhirnya ada yang menang dan ada yang kalah. (koq bisa??? Emang
lagi main apa yah ???? )
Jadi yang
dikatakan sebagai menang kliring adalah ketika saldo bank pada BI positif atau
lebih dari 8% sedangkan yang kalah adalah mereka yang memiliki saldo negatif
pada BI. Bank yang memiliki saldo kurang dari 8% di BI maka bank tersebut
dikatakan tidak likuid dan harus ditutup. Proses penentuan bank tersebut akan
ditutup atau tidak adalah selama 2 minggu hari kerja, jadi ketika saldo mereka
di BI tidk mencapai 8% tidak langsung ditutup.
Ada 2 hal yang mempengaruhi likuiditas di bank
yaitu :
- Saldo deposit
Kurva tren
saldo deposit
2. Saldo
kliring
Bagi bank
yang memiliki saldo di BI kurang dari 8% untuk menutupi kekurangan tersebut
mereka tidak boleh menyetor uang ke BI sebelum 2 minggu. Maka mekanisme yang
bisa dilakukan oleh bank tersebut adalah meminjam uang kepada bank yang menang
kliring, dan hal tersebut dinamakan call money. bunga dari call money akan
dihitung permalam yang tingkat bunganya setara dengan tingkat bunga pertahun.
Bank harus
dapat mencari optimasi dalam penggunaan uang yang mereka miliki, apakah akan
dialokasikan besar untuk simpanan di BI atau untuk Loan mereka. Karena itu
sebuah bank harus memiliki sisem informasi yang baik agar bank tersebut bisa
beroperasi dengan baik, memiliki profit yang besar dan meminimalisir resiko
yang ditanggungnya.
Dalam sebuah
lembaga keuangan (termasuk bank) berlaku hukum bilangan besar (Law of The Large
Number). Artinya bank akan memilih 1000 orang dengan nominal perorang Rp1000
daripada ada satu orang yang menabung dengan nominal Rp1.000.000. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisir resiko yang mereka tanggung. Jika satu orang
dengan 1jt nabung akan tinggi resikonya jika ia mengambil seluruh tabungannya,
tetapi jika ada seribu orang yang menabung dengan nominal Rp1000 maka akan
sedikit orang yang mengambil tabungannya secara bersamaan. Maka kemungkinan
bank mengeluarkan uang cash secara besar bisa diminimalisir.
Bank
mendapatkan keuntungan melalui dua cara yaitu :
- Melalui produk yang akan mendapatkan spreed
- Melalui jasa yang akan mendapatkan fee contohnya: biaya transfer, kliring, inkaso, ATM, dll
Kapan suatu negara akan mencetak uang ???
Seperti yang
kita ketahui iorang yang mencetak uang adalah peruri, sedangkan yang
mengedarkan uang adalah Bank Indonesia. Peruri akan mencetak uang untuk
saat-sat tertentu contohnya seperti lebaran. Karena yang biasanya perusahaan
membutuhkan aung sebsar 150jt untuk menggaji karyawannya namun ketika lebaran
harus mengeluarkan uang sebesar 300jt untu biaya gaji dan THR. Tetapi BI juga
harus memikirkan jika terlalu banyak uang yang beredar maka harga-harga barang
akan semakin tinggi dan akan menyebakan inflasi. Mengapa bisa terjadi demikian?
Karena permintaan akan suatu barang semakin bertambah sedangkan barang yang
tersedia jumlahnya tetap, maka akan menyebabkan kenaikan harga yang tinggi.
Ketika semakin banya uang yang beredar di masyarakat, bank akan memainkan
perannya sebagai tempat pemyimpanan uang. Bank akan melakukan usaha agar
masyarakat menyimpan uangnya pada bank, sehingga peredaraan uang bisa dikontrol
seperti yang telah dijelaskan di atas.
Sekian pembicaraan
kita tentang multiplayer bank, semoga bermanfaat.
Analisis Jurnal
Judul Jurnal : Euler
equations and money market interest rates: A challenge for monetary policy models
Penulis : Matthew B. Canzoneri, Robert E.
Cumby, Behzad T. Diba
Universitas : Economics Department, Georgetown University,
Washington, DC 20057, USA
Jurnal
ini membahas tentang hubungan antara tingkat persamaan Euler dan tingkat uang
yang diamati pasar. Model makroekonomi standar menyamakan tingkat pasar uang yang
ditargetkan oleh bank sentral dengan tingkat bunga tersirat oleh persamaan
konsumsi Euler. Pada jurnal ini penulis menggunakan data AS untuk menghitung
suku bunga yang tersirat oleh persamaan Euler berasal dari sejumlah spesifikasi
preferensi rumah tangga dan membandingkan suku persamaan euler ini dengan suku
pasar uang.
Penulis
menemukan perilaku tingkat pasar uang berbeda
secara signifikan dari tingkat persamaan Euler tersirat.
Ini menimbulkan tantangan
mendasar untuk model yang menyamakan dua tingkat. Penulis menghitung suku persamaan Euler tersirat untuk
sejumlah spesifikasi preferensi dan menemukan bahwa mereka
sangat berkorelasi negatif dengan suku bunga pasar uang. Penulis juga mendokumentasikan hubungan statistik antara penyebaran suku bunga dan sikap kebijakan moneter dengan dua cara. Pertama, meregresikan penyebaran pada ukuran standar sikap kebijakan moneter, dan kemudian menghasilkan fungsi respon impuls untuk gejolak kebijakan moneter. Regresi menyiratkan bahwa pengetatan moneter mengurangi penyebaran, dan fungsi impulse respon menyiratkan bahwa pengetatan
moneter meningkatkan suku bunga pasar uang
dan menurunkan tingkat persamaan Euler. Dalam hal ini, persamaan konsumsi Euler menyiratkan bahwa tingkat bunga riil sebanding dengan pertumbuhan yang diharapkan dari konsumsi riil. Literatur
empiris menunjukkan bahwa pengetatan moneter memiliki dampak yang kecil terhadap konsumsi pada kuartal pertama setelah pengetatan. Dalam beberapa kuartal berikut, konsumsi jatuh lebih cepat sehingga pertumbuhan konsumsi yang diharapkan menurun. Penurunan pertumbuhan konsumsi yang diharapkan akan mengurangi tingkat bunga riil tersirat dengan Euler
persamaan. Literatur empiris menunjukkan bahwa suku bunga pasar uang menanggapi dengan berlawanan
arah.
Dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka mendapatkan hasil bahwa suku bunga
tersirat oleh penggabungan konsumsi dinamis dan inflasi yang diamati dari
data U.S. dengan persamaan Euler berasal dari beberapa spesifikasi pilihan yang menunjukkan perbedaan perilaku dengan yang mencolok dari suku bunga pasar uang. Pertama, penulis menunjukkan bahwa suku yang disiratkan oleh persamaan konsumsi Euler dan tingkat pasar uang sangat tidak berkorelasi. Sebaliknya, korelasi antara kedua suku sangat negatif, kecuali untuk pilihan yang menyiratkan tingkat persamaan Euler sangat volatile, yang hampir menghilangkan semua korelasi. Hasil ini menimbulkan masalah untuk model makroekonomi standar, yang menyamakan tingkat persamaan Euler dengan tingkat pasar uang. Selanjutnya penulis menunjukkan bahwa perbedaan antara suku konsumsi tersirat persamaan euler dan suku Federal Funds secara sistematis terkait dengan kebijakan moneter. Hasil kedua menimbulkan masalah yang sangat berat terutama untuk model, seperti model NNS, yang meneliti efek dari kebijakan moneter.
data U.S. dengan persamaan Euler berasal dari beberapa spesifikasi pilihan yang menunjukkan perbedaan perilaku dengan yang mencolok dari suku bunga pasar uang. Pertama, penulis menunjukkan bahwa suku yang disiratkan oleh persamaan konsumsi Euler dan tingkat pasar uang sangat tidak berkorelasi. Sebaliknya, korelasi antara kedua suku sangat negatif, kecuali untuk pilihan yang menyiratkan tingkat persamaan Euler sangat volatile, yang hampir menghilangkan semua korelasi. Hasil ini menimbulkan masalah untuk model makroekonomi standar, yang menyamakan tingkat persamaan Euler dengan tingkat pasar uang. Selanjutnya penulis menunjukkan bahwa perbedaan antara suku konsumsi tersirat persamaan euler dan suku Federal Funds secara sistematis terkait dengan kebijakan moneter. Hasil kedua menimbulkan masalah yang sangat berat terutama untuk model, seperti model NNS, yang meneliti efek dari kebijakan moneter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar